Mengiringi Dewi Danu Jalan-Jalan

Jeje Prima Wardani


.
Hari besar telah datang untuk  Ngusaba Demel, prosesi selama sembilan hari berturut-turut mengusung Dewi Danu beranjangsana. Dewi Danu adalah penguasa Danau Batur yang kami yakini sebagai dewi pelindung dan pemberi kemakmuran.



.
Dua tahun sekali, setiap Sasih Karo (bulan kedua pada penanggalan Bali),  Sang Dewi berkenan macecingak , meninjau subak, mata air, dan desa-desa di sekitar Gunung Batur  untuk menaburkan rahmat. Karenanya kami selalu merindukan prosesi ini.



.
Perayaan semakin meriah dengan berjejernya truk besar dan ratusan motor dari para umat yang antusias mengiringi Sang Dewi. Di antara mereka ada para pemangku yang bergiliran mendentangkan genta, tembang pujian, dan penabuh yang susul menyusul memainkan gamelan. Di setiap subak atau desa, pratima (patung perwujudan) Dewi Danu dihaturi hasil bumi sebagai persembahan oleh masyarakat setempat.


.
Adalah sebuah tempat di kaki Gunung Batur bernama Toya Mampeh yang berarti air mengalir deras, sebagai pusat dari perjalanan Ngusabe Demel. Pemangku mengambil tetesan air Toya Mampeh di bibir tebing yang dulunya air terjun. Air ini digunakan untuk membasuh pratima Dewi Danu.



.
Di situ juga masyarakat membuat gunungan dari hasil bumi sebagai persembahan bagi  Dewi Danu sebelum beliau kembali ke payogaan (istana). persembahan itu diinjak, kemudian Jero Gede Duwuran simbolik dari Dewi Danu membagikan kepada anggota subak, kemudian dibawa pulang dan menjadikannya bibit tanaman. Hal ini dipercaya bisa membawa berkah dan kesuburan untuk tanah.


.
Sang Dewi harus pulang, tidak ada rasa sedih dari para pengiringNya. Melainkan rasa bangga karena berhasil menyelenggarakan upacara yang meriah, begitu juga persembahan hasil bumi yang melimpah meski air sebagai simbol Sang Dewi semakin menipis.

Kita terlalu sibuk menggunakan tapi lupa memelihara air sebagai sumber kehidupan.



.
Mewarisi tradisi air adalah sebuah tanggung jawab, tidak semata-mata dalam upacara yang semarak tapi juga dapat memahami esensinya. Seperti menjaga elemen buana agung (dunia tempat kita tinggal) dan buana alit (diri kita sendiri).



.


***

Foto-foto di atas dipamerkan dalam Pameran Foto Project 88 - Denpasar Film Festival bertajuk "Air dalam Simbol" di Rumah Sanur Jalan Danau Poso 51A Denpasar 13-21 Agustus 2015.

 BIODATA JEJE PRIMAWARDANI

Akrab dengan panggilan Jeje. Lahir dan tumbuh di tengah budaya Bali menjadikan dia dekat dengan fotografi budaya yang ditekuni sejak 2009. Selain sebagai fotografer dia juga kerap mengerjakan video. Pekerjaan lain yang menjadi kegemarannya adalah bertani Kopi Kintamani.

0 komentar:

Premium Blogspot Templates
Copyright © 2012 project 88